Energy depleting
Kemarin, aku mencoba proses trial error ku lagi dengan cara – mengiyakan teman teman ku yang ingin datang kerumah. Kali ini aku sedang dirumah ibuku. Dan, karena ingin sekalian saja. Maka teman dekatku yang lainnya aku undang juga.
Sebenarnya ada rasa dalam diriku yang mengatakan apakah aku yakin melakukan ini. Apakah aku benar benar yakin mengizinkan mereka untuk bertemu denganku.
Aku sepenuhnya mengakui bahwa aku butuh beberapa waktu untuk mengiyakan permintaan temanku.
Aku juga merasakan bahwa ternyata ada kandungan khawatir akan kekerasan yang masih ada dalam diriku. Dan aku pada akhirnya mengijinkan mereka menemui aku.
Hal hal yang cukup aku khawatirkan sebenarnya adalah pembahasan apa yang akan kami bahas. Aku sudah menyangka hal hal yang kami bahas seputaran kerjaan. I just enjoy my life right now. Tapi aku hapal vibrasi itu. Vibrasi rendah.
We talk about – masa masa kuliah, orang orang di masa lalu yang sempat kita ketemui, pembahasan seputaran berita viral, kerjaan dibidang kesehatan, perdosenan, dan menjadi ibu berkarir sambil mengasuh anak disertai tantangannya.
Aku kemudian paham, This is not me. I dont resonate. Dan jiwaku berhasrat membahas quantum, soul desire, abundance, ease, surrender, letting go. Aku tidak bisa lagi di state diatas.
Aku juga merasakan sangat percaya diri mengatakan.. Aku suka hidupku yang sekarang, aku lebih bisa lihat yang hijau hijau. Dan aku sudha tidak kerja di tempat kerjaku dahulu. Aku menyimak kisah temanku yang frustasi menghadapi mahasiswa nya. Dan aku bisa paham betapa banyak energi yang diserap saat mengajar. Menyaksikan hal itu aku semakin bersyukur atas keputusan keputusan ini dihidupku.
Aku jadi tahu pertanyaan tentang “apakah kamu menyukai hidupmu? “menjadi urgent. Karena jika tidak, maka ada hal yang mesti diubah dan direlakan disana. Sekali lagi, you wont live in that kind situations for the rest of your life right?
Tuhan, aku bersyukur. Hidupku asyik. – kalimat ini muncul di benakku.
Temanku mengungkapkan tentang dia gak sempat mengeksplorasi hal hal yang diinginkan dalam hidupnya karena begitu sibuk menyelesaikan dan mengejar hal hal yang dia inginkan.
Never thought this kind of thought lead me into “ah iya,… aku ternyata tidak melupakan apa apa yang jiwaku butuhkan yakni freedom”
Anyways, aku hamdallah berlembut dengan diriku. Aku ungkapkan bahwa gapapa jen. Ini memang proses trial error dalam rangka semakin memberikanmu penjelasan riil akan kenapa sebutuh itu letting go the old version of your self to become the 2.0 version of you. Yang kayak semua pengalaman ini bukan untuk disesali dan dihujat. Melainkan untuk semakin menambah kekokohan dalam diriku untuk stop memberikan akses kepada siapapun…
I understand now, i become nice person. Maka aku pada akhirnya belajar betul tentang betapa se-darurat itu untuk melepaskan segala yang tak lagi selaras. Karena kesemuanya akan hanya membawa pada mengurasnya energi. Yang tadinya untuk mencipta lalu terpakai menjadi olah trigger trus menerus.